Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) beroperasi selama hampir dua abad (1602–1796), membangun jaringan perdagangan dan pelayaran yang luas di seluruh Asia, dengan Batavia (sekarang Jakarta) sebagai pusat utamanya.
Barang-barang mewah mengalir masuk ke Batavia, termasuk tekstil dan furnitur dari Pesisir Koromandel (India), kayu langka dari Ceylon (Sri Lanka), peralatan lak dari Dejima (Jepang), dan keramik yang dikirim dari Fujian (Tiongkok). Barang-barang ini menghiasi rumah-rumah elite Batavia, mencerminkan budaya kosmopolitan kota tersebut.
Furnitur di Batavia juga berasal dari pos-pos VOC ketika para pejabat membawa barang-barang berharga mereka selama pemindahan tugas. Furnitur lainnya diperoleh dari kapal-kapal Portugis yang ditangkap atau dari wilayah yang ditaklukkan seperti Malaka (Malaysia). VOC juga memberikan furnitur kepada penguasa lokal sebagai ‘sogokan’ untuk memonopoli perdagangan.
Batavia juga merupakan pusat utama perdagangan budak regional, dengan orang-orang dibawa dari Pesisir Koromandel dan Malaka untuk bekerja, banyak di antaranya sebagai perajin furnitur. Beberapa di antaranya memperoleh kebebasan sebagai ‘Mardijkers’ yang keturunannya masih tinggal di Jakarta hingga hari ini.
Indiae Orientalis nec non Insularum Adiacentium Nova Descriptio, Amsterdam, N. Visscher, c.1678.